Sabtu, 16 April 2011

AYO LAWAN NII GADUNGAN !

Sumber tulisan ini kami salin dari =
http://www.detiknews.com/read/2011/04/14/182243/1617790/159/jangan-takut-kelu... sehingga korban2 baru jadi berani melawannya.

Awas Gerakan Pencucian Otak NII(4)
Jangan Takut Keluar NII, Ancaman Bunuh Cuma Bohongan M. Rizal,Iin Yumiyanti - detikNews

Jakarta - Anda punya teman atau saudara yang tiba-tiba suka bohong, tiba-tiba banyak teman yang sering berkunjung, tiba-tiba jadi supersibuk dan jarang pulang serta sering minta uang tanpa alasan yang jelas?

Waspadalah! Bisa jadi teman atau saudara anda itu menjadi korban pencucian otak aliran sesat. Suka bohong sampai sering minta uang dengan alasan tidak jelas, menurut Ketua Tim Rehabilitasi NII Crisis Center Sukanto merupakan ciri-ciri korban cuci otak Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW 9).

Pengamat intelijen Wawan Purwanto menyatakan gerakan perekrutan dan pencucian otak ini semakin masif sejak 2009. Gerakan ini berupaya merekrut sebanyak-banyaknya anggota. Dalam seminggu 1 anggota diperintah merekrut 7 orang. Jadi dalam sehari harus merekrut 1 orang.

Selain mengumpulkan orang para anggota juga diwajibkan mengumpulkan uang. Dahsyatnya, dari setiap anggota yang direkrut paling tidak bisa dimintai uang sedekah sebesar Rp 3 juta sampai Rp 6 juta.

Sementara menurut Sukanto, di NII setiap anggota dikenai kewajiban merekrut 20 orang setiap bulan.Saat ini NII menurut mantan camat NII wilayah Tebet, Jakarta Selatan ini, anggota NII mencapai sekitar 200 ribu orang. Dengan jumlah anggota itu, NII mampu mendapatkan uang miliaran setiap bulan.

"Di Jawa tengah itu dengan anggota 1.900 orang bisa mengumpulkan uang Rp 2 miliar sebulan. Di Jakarta dengan anggota 1.500 orang terkumpul hingga Rp 9 miliar," kata Sukanto.

Sukanto yang pernah menjabat sebagai camat NII untuk wilayah Tebet, Jakarta Selatan itu menyatakan NII saat ini sudah modern dalam merekrut anggotanya. Mereka juga memakai jejaring sosial baik Facebook maupun Twitter. Namun metode yang dilakukan hampir selalu sama.

Awalnya, aktivis NII akan mendekati targetnya dengan mengajak diskusi. Pertemuan awal itu biasanya tidak berbicara soal agama, tapi bisa soal topik apa saja yang membuat si target tertarik. "Di tahap inilah proses doktrin sudah dimulai," ungkap Sukanto pada detikcom.
Setelah dilakukan pertemuan 2-3 kali, si target akan dipersiapkan hijrah. Namun, target akan diminta memberikan sedekah untuk membersihkan diri dari dosa-dosa mereka selama ini. "Nilai sedekah ini akan disesuaikan dengan tingkat perekonomian si target sendiri. Bisa mulai Rp 100 ribu sampai Rp 10 juta," kata Anto, panggilan akrab Sukanto yang kini sibuk menggelar seminar tentang kesesatan NII.

Setelah itu, target akan hijrah dengan dijemput di suatu tempat dan lalu dibawa dengan mata tertutup. Begitu sampai di lokasi yang dituju, target akan langsung dibina pada malam harinya, sehingga mau menyatakan dirinya masuk warga NII. Pembinaan itu akan dilakukan berjam-jam tanpa henti, sehingga target mau menyatakan diri masuk NII, lalu disumpah (baiat).

Namun modus tersebut merupakan modus dalam situasi normal. Dalam situasi darurat untuk mencapai target, aktivis NII akan melakukan segala cara seperti menculik dan memaksa sesorang untuk dibaiat. "Itulah mengapa banyak orang hilang," kata Sukanto.

Untuk mendapatkan targetnya, tim rekruitmen NII ini akan mencari korbannya ke sejumlah tempat, seperti pasar, mall, sekolah, kampus. Hal ini diakui mantan Camat NII Wilayah Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah bernama Bachtiar Rivai yang sempat menjadi anggota NII tahun 1994-1996. Bachtiar sendiri sempat menjadi warga NII karena pengaruh kakak kelasnya sewaktu kuliah di UGM.
Awalnya Bachtiar berpikir masuk NII akan berdampak bagus bagi keimanannya. Tapi setelah bergabung ternyata tidak ada pembangunan jiwa yang dialaminya. Januari 1996, Bachtiar memutuskan keluar dari NII.

"Ini kan kayak sistem downline MLM. Semakin tinggi jabatannya semakin lama di dalam saya lihat banyak penyimpangan. Kalau salat diejek, ngapain jengkang-jengking salat, mending Tilawah, maksudnya merekrut orang," kata Bachtiar.

Orang yang masuk jaringan NII, kehidupannya akan berantakan. "Saya saat itu tidak semakin baik, malah semakin buruk. Kuliah nggak beres, nilai memburuk, hubungan sama keluarga dan teman buruk dan dingin. Kehidupan tidak nyaman, karena teman banyak yang menjauh,” tutur pria yang terpaksa kuliah hingga 10 tahun ini gara-gara ikut NII.

Kehidupan orang yang masuk NII berantakan karena anggota NII diwajibkan merekrut sejumlah orang setiap bulannya. Belum lagi target uang yang besar. Para anggota itu harus bolos kerja dan kuliahnya untuk memenuhi target NII.
Sukanto mengakui banyak juga warga NII yang keluar karena tidak tahan tekanan ‘jihad’ itu. Jihad dalam NII diartikan mencari uang dan mencari orang. Tapi banyak juga yang tidak memiliki keberanian meninggalkan komunitas dan jaringan itu. Beda dengan Bachtiar, dengan keberanian dan ketegasannya mengatakan pada rekan dan atasannya menyatakan keluar dari NII.

Risiko yang diambilnya sampai saat ini Bachtiar terus menerima terror. "Sampai sekarang teror ada, sebatas SMS saja dikatakan murtad, munafik, menggembosi negara, disebut pengkhianat dan semua yang ada di kebun binatang keluar semua. Tapi saya tak tanggapi itu. Kalau ancaman fisik belum pernah ada. Ya, hanya omongan lewat SMS akan dibunuh," ujarnya.

Sukanto juga menyemangati orang yang mau keluar dari NII. Selama ini NII memang digembar-gemborkan militan. Namun menurut Sukanto, militan di NII hanya militan bohong-bohongan. Ancaman pembunuhan tidak akan dilakukan karena itu hanya gertak sambal. Hingga kini tidak ada kasus mantan anggota NII dibunuh.

"Yang sudah keluar dan berani melawan, berani bercerita justru dianggap virus sehingga ditinggalkan dan tidak ada pembunuhan," kata Sukanto.


(zal/iy)

http://www.detiknews.com/read/2011/04/14/182243/1617790/159/jangan-takut-kelu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar