Kamis, 06 Januari 2011

LOLOS DARI NII ZAYTUN BERKAT BUKU UMAR ABDUH

Awal mulanya saya mempunyai teman akrab wanita di kantor, wanita ini masih muda dan sudah berkeluarga, sebut saja X Kebetulan umur saya sudah tidak muda lagi utk menjadi bujangan. Karena sudah akrab, suatu hari saya meminta tolong kepada dia untuk dicarikan calon pendamping, dia menyanggupi utk mencarikannya.

Pada hari yg sdh ditentukan kami bertemu dengan wanita itu sebut saja Y, Y ini mengaku statusnya mahasiswi semester akhir (tahap skripsi), setelah berkenalan dan bertemu beberapa kali, suatu saat si Y meminta saya utk menemani ke rumah yang diakuinya sbg asisten dosen pembimbing skripsinya, belakangan saya baru tahu kalo rumah itu yg disebut malja.

Disinilah skenario itu dimulai, pertemuan pertama dengan asdos (Z) tidak ada kecurigaan sama sekali, memang mulanya kami mengobrol tentang perkuliahan, lama kelamaan obrolan diarahkan ke topik tentang perkembangan Islam, dia bilang Islam itu akan bangkit dan akan berjaya lagi, dia bertanya kpd saya, “apakah Mas mau menjadi bagian dari kebangkitan Islam?” ditanya seperti itu jelas saya bilang “oh sudah tentu mau” dalam hati saya berkata “siapa sih yg tidak mau melihat Islam bangkit” obrolan semakin menarik sehingga kami pindah tempat dari ruang tamu pindah ke ruangan yg di dalamnya ada whiteboard lengkap. Sampai sini saya sudah lupa tujuan saya menemani Y untuk konsultasi skripsi (rupanya pancingannya kena). Di ruangan itu saya dijejali materi macam2x tentang Negara, agama, hijrah dgn tdk lupa selalu mengutip ayat2x Al Quran, kesimpulan materi hari itu adalah “kita wajib hijrah” ke Negara Karunia Allah = NKA, hari itu Z blm menyebut2x NII tapi menyebut NKA krn NKRI disebutnya Negara kafir karena dasar negaranya tidak memakai Al-Quran tetapi Pancasila, kita tidak akan masuk surga kalo tidak memakai alquran sbg dasar Negara. Sampai tiba waktunya saya harus pulang karena sudah agak malam, tapi karena materinya belum habis si Z meminta saya untuk datang kembali esok harinya. Karena terlanjur tertarik dgn materi yg disampaikan si Z saya pun menyanggupi untuk datang kembali esok hari

Karena sudah menyanggupi esok harinya saya datang kembali bersama Y, tapi ternyata si Z tidak ada di tempat, pemberian materi digantikan oleh W, (informasi yg saya dpt dikemudian hari, W ini mantan preman yg berhasil direkrut). Karena cara penyampaiannya beda dgn Z ada materi yg saya tolak/tentang karena bertentangan dgn apa yg saya pahami dan yakini selama ini. W bilang, untuk melengkapi proses hijrah maka kita diwajibkan ber infaq yg tujuannya adalah utk menghapus dosa2x kita selama hidup di NKRI yang besarnya harus disebutkan di awal sebelum hijrah. Di ruangan itu saya bertiga, saya, Y dan W. W menanyakan kpd saya dan Y mau berinfaq berapa masing2x, Y langsung menyebut angka (saya lupa brp), yg menurut saya sangat besar utk ukuran dia yg mahasiswi, tiba giliran saya yg utk menyebut angka, disini saya berkeras tidak mau menyebutkan angka, krn saya berkeyakinan kalo kita mau berinfaq biarlah diri kita sendiri yg tau besarnya brp, org lain tak perlu
tau, sampai akhirnya ada org lain masuk menggantikan W, sebutlah dia si O, krn si O menyampaikannya dgn lebih lembut akhirnya saya luluh juga mau menyebut angka, kembali si W masuk, saya menyebut angka di depan W, si O keluar ruangan. Karena saya berpikir realistis, saya hitung pendapatan dan biaya saya sehari2x saya menyebut angka di bawah Y, W keberatan dgn angka yg saya sebutkan. Dia bilang masa mau masuk surga Cuma mau berinfaq segitu, masa kalah dgn Y yg notabene lebih muda dari saya dan masih mahasiswi juga, logikanya kata si W, saya yg lebih tua dari Y pasti dosanya lebih banyak makanya infaqnya juga harus banyak, akhirnya dgn sangat berat hati saya sebut angka diatas angka yg disebut Y (dikemudian hari saya baru sadar kalo angka yg disebutkan Y itu pancingan agar saya menyebut angka minimal yg diharapkan oleh W).

Singkat kata, akhirnya saya hijrah. Selama proses hijrah ini ada yg mengganjal, bersama beberapa org yg akan melakukan proses hjrah dikumpulkan di sebuah rumah yg cukup kecil tuk sementara, krn setelah itu akan dibawa ke suatu tempat tuk prosesi hijrah, yg mengganjal kok selama di rumah kecil itu seperti tidak diberi kesempatan tuk sholat subuh, menjelang subuh ada pemberian materi pra hijrah sampe 5.30 setelah itu harus siap2x berangkat ke tempat prosesi hijrah. Oh iya, tuk menuju rumah penampungan sblm hijrah dan rumah tuk prosesi hijrah calaon warga Negara NII harus menutup matanya selama dalam perjalanan, selama dalam perjalanan ada yg mengawasi kalo2x ada yg coba2x membuka mata. Dalam prosesi hijrah juga ada para jamaah harus menyebutkan berapa rupiah kesanggupan membayar infaq, hal ini dicatat oleh Negara (NII). Setelah hijrah, esoknya saya cerita dgn X, saya ajak X ke malja hari sabtu, dia setuju, hari sabtu saya dan X janjian tuk pergi ke malja, sampainya di malja, dibukalah semua rahasia dari scenario, ternyata X dan Y sudah lebih dulu masuk ke NII, bahkan suami dari X saat itu sudah menjabat lurah. Saya kaget bukan main dan agak marah kepada X, seperti orang yg habis kena pukul, sampai di rumah saya telpon X, kenapa kok caranya seperti ini, kata X itu hanya salah satu cara agar saya mau bergabung dgn NII, dia meminta saya agar menurut aja apa kata pejabat NII, soal jodoh nanti akan dicarikan, itu soal mudah, lagi pula si Y itu udah ada calonnya (padahal saya sudah jatuh hati sama Y). Saya belum terima dgn kenyataan ini, seiirng berjalnnya waktu saya dgn terpaksa menerima kenyataan kalo si Y udah punya calon.

Setelah itu saya rutin hadir pertemuan di malja, tapi makin lama saya makin ngeh/sadar kalo ajaran NII sesat, apalagi setelah saya berdiskusi dgn teman kantor saya yg lain (ini yg paling krusial yg menyelamatkan saya keluar dari NII). Saya dipinjamkan buku karya Umar Abduh yg judulnya kalo gak salah “membongkar kesesatan NII Al Zaytun”. Langsung saya baca sampai habis buku itu dalam tiga hari. Setelah itu saya bertekad harus segera keluar dari NII. Niat saya keluar dari NII saya sampaikan ke X, X gak terima dgn niat saya itu, saya diajak utk ketemu suaminya yg pejabat NII itu, tapi gagal krn suaminya ternyata ada acara Negara saat itu. Sebagai gantinya saya dipertemukan oleh pejabat yg lainnya, disitu saya terus dijejali dgn penggalan ayat2x Alquran biar saya tetap di NII. Tapi tekad saya sudah bulat, gak pake ragu2x lagi tuk keluar. Saya ditelpon untuk hadir pada acara2x Negara, saya gak pernah mau hadir, lama2x saya gak pernah jawab/angkat hp saya kalo saya ditelpon oleh orang2x NII. Si X marah, saya gak peduli lagi, Pernah suatu kali saya tanya ke X tentang berjilbab, jawaban dia, suatu hari hari nanti dia akan berjilbab kalo itu sudah wajib (kalo NII sudah futuh), debat saya : “jadi kamu berjilbab bukan karena Allah donk” jawabannya gak jelas sambil marah2x. Saya berkesimpulan ini orang benar2x sudah kena doktrin NII, doktrin NII ditelan mentah2x, kalo saya ajak debat, gak pernah bisa terima, bisanya hanya2x marah.

Keputusan saya keluar juga saya sampaikan ke Y, Y bilang ke saya “ Mas gak takut dibilang kafir “ dalam hati saya, yg bilang kafir itu kamu dan golonganmu bukan Allah” Sekian cerita singkat saya selama di NII, mudah2xan bisa diambil manfaatnya

Catatan : Kalo dihitung dari kenal, hijrah lalu keluar, mungkin hanya dua bulan saya di NII
Kejadian ini kalo gak salah tahun 2004

Alhamdulillah saya belum memasukkan orang lain utk ikut NII, baru sekali mengajak teman utk ketemuan, tapi untungnya gak jadi krn teman saya berhalangan (baru mau direncanakan skenarionya)

Saya sudah keluar uang dua juta.

Yg menjadi pertimbangan utk keluar : (ajarannya sesat) - orang tua atau keluarga yg lain dianggap kafir kalo mereka blm masuk NII
- harta mereka halal tuk diambil/dicuri, menghalalkan segala cara, bahkan nyawa mereka halal tuk dibunuh - dalam beberapa pertemuan2x dia malja, seringnya pejabat NII memberikan ajaran berbohong demi utk mendapatkan uang
- sholat lima waktu tidak wajib - adanya penebusan dosa dengan membayar sejumlah uang (kayak ajaran Kristen aja)
- target infaq yg sangat memberatkan, dipaksakan di luar batas kemampuan - semuanya ujung2xnya duit
- halal menikah tanpa wali tuk penganten wanita, dikarenakan keluarganya belum masuk NII
- dll

Pesan saya : Kalo sudah bertekad keluar jgn ragu2x dan takut, kuatkan tekad.

Salam,
Imam Mulyono
Email : imammul88@yahoo.com

1 komentar:

  1. mas mulyono...alhmdulilH anda termasuk org yg kritis sehingga tepat pada waktunya dalam mengambil kesimpulan dan keputusan,,,,
    ,,bagikan ilmu dan pengalamanuntuk teman2 juga,

    salam..sujud.

    BalasHapus