Senin, 26 Oktober 2009

Cuci Otak NII KW 9 - Bagian 2



Sambungan dari [Bagian-1]

Si Zakia melanjutkan, dan mempertanyakan kenapa hanya saya sendiri yang ragu, si A dan si Aldi sama sekali nggak ragu. Si Z sempat bilang “Kalau kamu menolak,nggak ada yang jamin kamu selamat naik kereta sampai di kota kamu.” Terus terang saat itu saya benar-benar takut sekali diancam seperti itu (maklum, iman lemah ). Saya pikir, di sisi lain bisa saja ini benar dan saya sudah meninggal duluan sebelum mau menerima kebenaran, tentu saya orang yang merugi. Tapi di sisi lain saya merasakan hati nurani saya menolak. Aldi mencoba tenangin saya, dia bilang, “Kalau memang nggak cocok tinggal keluar kan?” . Akhirnya, setelah tenang sedikit, mereka membahas soal infak di jalan Allah. Waktu si A ditanya brani brapa buat infak awal, jawabnya gini " Ada di atm gw 20 juta, kalo kurang gampang ntar tinggal minta.” Dan saat itu saya juga menjawab mau2 aja 50 juta di jalan Allah, tapi kalau punya duit segitu. Saya nggak tau kalau perkataan itu dipegang sama mereka dan ditanyain kembali suatu hari nanti.

Jika teman-teman yang lain diajakkin tilawah secara bertahap sampai 3 hari, tilawah saya berjalan sekaligus dari jam setengah 4 sore sampai jam 11 malem lebih. Rasa capek juga otak saya disempal dengan ajaran si Zakia itu, saya mencoba lebih tenang, tetep nggak percaya sepenuhnya dan dipaksa untuk "coba aja dulu”. Akhirnya malam itu saya menginap dikos si Zakia, kosan siy, tapi untuk ukuran kos, termasuk mewah, ada 2 sofa, TV 28 inchi, tempat tidur kalau nggak salah ada 3.

Keesokan paginya, katanya kita mau melakukan pengecekan, dan saya ditanyain duit di ATM ada brapa, dan ludes smua buat bayar awal. Saat saya ngebantah tentang "Kenapa sih saya harus ngeluarin duit?" ya dikasih lah pengertian tentang itu pake ayat ALQuran. Saya jadi ga bisa berkata apa2, otak saya rasanya kepenuhan untuk memutar otak mengingat dalil untuk melawan mereka. Inilah akibat kurang menguasai ilmu agama islam secara fitrah. Lagipula saat itu saya malas membantah daripada perang mulut lagi. Dan juga saat itu Aldi kayaknya seneng2 aja. Yang ada dipikiran saya malah, “Apa memang saya yang terlalu gimana2 ya?”.

Dengan naik mobil mewah dan harus Tutup Mata nggak boleh lihat jalan, saya dan Aldi diajak ke markasnya. Sesampainya di markas mereka, saya masuk ruangan tertutup bareng si Awan, Aldi, dan kita ditanya2 sama orang yang bertampang alim, yang punya rumah untuk mengikuti prosedur hijrah. Saat menuliskan alamat, saya berkali-kali ditanya2kan perihal kebenaran dan alamat saya yang tepat, si Abi (Panggilan untuk ikhwan di NII) tanya “ Kalau ke rumah kamu, alamat ini apa sudah jelas?” seolah si Abi suatu saat ingin main ke rumah aja.

Singkatnya, saya dipisahkan sama si Awan dan Aldi, saya dibonceng naik motor sambil menutup mata, dibawa ke daerah deket2 lebak bulus deh kayaknya, trus di transfer ke mobil, pokoknya underground banget, didalam sana udah ada mahasiswa2 yang katanya juga mau pengecekan. Akhirnya kita dibawah ke 1 tempat, trus...ya didoktrin lagi. Di tempat itu seingat saya sudah ada sekitar 4 cowok dan 4 cewek dan seorang abi. Ruangannya tertutup sekali. Bahkan rumahnya juga entah di daerah Jakarta mana. Terpencil lingkungannya. Saat pengecekkan, saya paling banyak bertanya karena ajaran si Abi ganjal sekali. Si Abi bahkan kadang nggak bisa menjawab dan banyak pertanyaan saya yang mungkin buat si Abi kelimpungan dan akhirnya cuma menjawab “Yah…Memang sudah begitu…”

Dengan penuh perasaan tetap gak yakin, pulang dari situ saya dibawa lagi ke carefour lebak bulus, di sana sudah ada Aldi dan ada 3 cwek yang katanya udah hijrah dan mau berbagi pengalaman. Ternyata mereka nggak semuanya berjilbab. Waktu saya menanyakn perihal itu, mereka menjawab dengan jawaban yang bikin alis saya berkerut “ Sah-sah aja, karena kita masih dalam masa peperangan dengan orang RI… “

Bersambung ke [Bagian-3]

Ditulis ulang oleh :
Bahtiar Rifai
Mantan NII KW 9
HP. 08132 8484 289
Email : bahtiar@gmail.com
Ilustrasi diambil dari [sini]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar